PWM Sulawesi Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sulawesi Utara
.: Home > Direktori Ketua PWM

Homepage

Direktori Ketua PWM

Ketua PWM Sulawesi Utara
periode 2015-2020
Dr. Nasrudin Yusuf, M.Ag


Assalamu alaikum wr wb

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt, atas izin dan karunianya masih diberikan nikmat kesehatan dan kesempatan. Dua nikmat ini dirasa hal yang sederhana hingga terkadang banyak yang menyepelehkan, padahal substansi dua nikmat sangat berpengaruh besar sebagai fondasi dasar eksistensi manusia. Jikalau dalam al-Qur`an manusia diperingatkan dalam surat Adz-Dzaariyat [51] : 56, bahwasanya tujuan manusia hanyalah pengabdian (dalam bentuk) ibadah, maka ibadah yang berkualitas adalah ibadah yang disertai keluangan nikmat kesehatan dan kesempatan.

Teruntuk juga kepada Rasulullah Saw sebagai panutan umat sepanjang zaman, peran selama 23 tahun lamanya dalam mengajarkan misi Islamisasi di Tanah Arab adalah peran yang tidak bisa hilang dalam catatan sejarah dunia. Tidaklah heran jika seorang ahli sejarah dari Amerika, yakni Michael H. Hart dalam karya fenomenalnya “100 Tokoh yang Paling Berpengaruh di Dunia” menempatkan Muhammad Saw dalam urutan pertama dari sekian tokoh-tokoh fenomenal yang ada. Semoga dengan keistiqomahan, pribadi manusia senantiasa selalu menjadikan cerminan Akhlak Muhammad Saw sebagai panutan hingga akhir zaman.

Hadirin yang berbahagia

Seiring berjalannya waktu kepengurusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Utara (selanjutnya disebut “PWM Sulut”) periode 2015-2020 tentu tidak selamanya berjalan mulus layaknya perjalanan di jalan tol. Silang pendapat antara sesama pimpinan, koordinasi hubungan vertikal dan horizontal organisasi adalah hal lumrah yang biasa terjadi dalam sebuah komunikasi politik-organisasi. Hal ini banyak didefinisikan orang sekitar berujung pada konflik. Konflik pada umumnya dinilai hal buruk yang bisa mengancam kerapuhan organisasi. Konflik Tapi disisi lain, konflik dibutuhkan sebagai proses pendewasaan hingga bisa mengukur sisi potensi yang dimiliki. Konflik menurut Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest) atau pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Konflik dapat terjadi dalam berbagai macam keadaaan dan berbagai tingkat kompleksitas. Melihat dari hal tersebut, ada hal yang terpenting dalam sebuah konflik, layaknya dalam kajian-kajian keorganisasian sering disebut “Manajemen Konflik”. Sikap ini berorientasi pada proses mengarahkan pada bentuk komunikasi untuk mempengaruhi sebuah kepentingan (interest) dan interpretasi. Ross (1993) menambahkan proses manajemen konflik diambil oleh pihak ketiga yang sekiranya objektif dalam memandang sebuah persoalan (konflik).

Muhammadiyah tentu dengan usia perjalanan yang tidak muda lagi (kini, 106 M/110 H) telah mengalami dinamika tantangan, baik yang ada dalam internal (umat Islam sendiri) atau eskternal (kondisi sosial-politik Bangsa).

Dalam pembacaan arah gerak Muhammadiyah sejak 1912 hingga kini, setidaknya ada poin khusus yang selalu ditekankan. Pertama, organisasi Muhammadiyah selalu mempertahankan ruh gerakan “Perkaderan” sebagai salah satu core value dalam prinsip keorganisasian. Terciptanya ruh kaderisasi yang bijaksana menjadi salah satu indikator jikalau Muhammadiyah tidak akan ditelan oleh zaman. Tentunya rencana strategis kedepan adalah upaya dalam membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran ideologis dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan beorientasi masa depan.

Kedua, kedewasaan atau kebijaksanaan dalam berorganisasi. Ketika Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dengan sejumlah gagasan keagamaan yang dimilikinya dan dibenturkan realitas sosial kala itu, tentu merenung jikalau hanya sekedar berdakwah secara personal tentu tidak akan efektif. Solusi pemikiran adalah bagaimana gagasan keagamaan yang dimiliki  harus dilembagakan atau dikenal dengan istilah “Institusionalisasi Pemikiran” dengan cara mendirikan yang namanya organisasi. Hal ini juga dipertegas dalam kajian-kajian ideologis Muhammadiyah selalu mengedepankan dengan spirit teologis QS al-Imraan [3] : 104 dan QS as-Shaff [61] : 2-4 dan bisa dikatakan ini adalah alasan moralitas untuk berdirinya sebuah “organisasi”. Menciptakan iklim organisasi yang dewasa selalu menjadi harapan dan cita-cita hingga bisa terwujudkan tujuan dan organisasi tersebut. Tapi sangat disadari, adanya 10 kepala dalam sebuah struktur organisasi maka ada 10 ide, watak, kepribadian, dan hal yang biasa terjadi bilamana sering terjadi debat hingga berkesan debat kusir, silang pendapat hingga berujung pada sikap organisasi yang emosional dan subjektifitas. Hal yang selalu dicita-citakan adalah keputusan yang diambil dalam organisasi adalah keputusan bersama dengan cara berfikir objektfif tanpa ada unsur kepentingan individualisme melainkan kepentingan-kepentingan kolektifisme (collectivism interest).

Berangkat dari dasar sosiologis, aspek perkaderan dan organisasi sangat disadari hal yang utama dan menjadi fondasi keutuhan berjalannya Muhammadiyah kedepan. Spirit baldatun toyyibatun wa robbun ghofur selalu menjadi angin segar ketika memperjuangkan Muhammadiyah. Adanya AMM sebagai Ortom Umum (IMM, IPM, NA, Pemuda, TSPM, dan HW) adalah senjata Muhammadiyah dalam mempertahankan eksistensi siklus organisasi-perkaderan. Ayah tanpa anak tentu akan terhenti gagasan kedewasaan, maka bilamana dianalogikan sederhana, Muhammadiyah adalah ayah sedangkan AMM adalah anak dari Muhammadiyah, yang sekiranya ketika dewasa nanti sebagai pelanjut roda keorganisasian. Tak tertinggalkan pula Ortom Khusus yakni Aisyiyah, sebagai pelengkap perjuangan perempuan dalam Muhammadiyah, dan sudah terbukti Organisasi keperempuanan dalam Indonesia yang sudah terbukti adalah Aisyiyah. Semuanya harus bersinergi, khusunya membawa Muhammadiyah Sulut kedepannya makin berkembang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Maka, PWM Sulut dalam momentum ini mengadakan Baitul Arqom sebagai upaya dalam dalam menjaga keutuhan ideologi kader serta Musyawarah Pimpinan Wilayah adalah forum silaturahmi ide-gagasan (secara vertikal dan horizontal keorganisasian) hingga mengambil kebijakan strategis guna mempertahankan keutuhan organisasi. Kiranya momentum ini bisa dimanfaatkan sebaik dan sebijak-bijaknya untuk bisa memprogress nilai kepribadian kader hingga berdampak pada keutuhan berorganisasi sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah. Amal-ilmiah dan Ilmiah beramal adalah hal pokok yang selalu menjadi renungan ketika berjuang dalam Muhammadiyah. Sukseskan agenda Musypimwil dan Baitul Arqom PWM Sulut kali ini, diikuti dengan penuh khidmat. Akhir kata, mengutip dari refleksi Jendral Sudirman tentang kader Muhammadiyah, “Sungguh berat jadi kader Muhammadiyah, ragu dan bimbang lebih baik pulang”. Nahsrun wa fathun qorib, kebenaran datang dari Allah Swt sedangkan kekhilafan adalah datang dari pribadi saya sendiri.

Wassalamu alaikum wr wb.

Sambutan Redaksional dalam agenda Baitul Arqom dan Musypimwil PWM Sulut, April 2019

by.Admin, 5828


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website